Women's Empowerment and Leadership Development for Democratisation

Ekonomi Solidaritas Sosial (ESS): Pendahuluan Konsep dan Praktek ESS

Published Date: 
Monday, September 21, 2015

[[{"type":"media","view_mode":"media_large","fid":"1011","attributes":{"alt":"","class":"media-image","height":"119","title":"","typeof":"foaf:Image","width":"620"}}]]

Ekonomi Solidaritas Sosial (ESS)

I.    

Pendahuluan Konsep dan Praktek ESS

Ekonomi Solidaritas Sosial  adalah suatu pendekatan yang berbasis etika dan nilai dari pembangunan ekonomi yang menanamkan prinsip demokrasi, pluralisme, persamaan, berkeadilan, mutualisme, inklusifitas dan kreativitas. Pergerakan ini tidak terkait dengan idiologi politik apapun dan tidak berpihak pada satupun model ekonomi yang baru atau revolusioner yang banyak ditekankan oleh pergerakan sosialis. Adapun, ESS mengadopsi suatu pendekatan yang berorientasi pada proses, digerakkan oleh masyarakat dan jaringannya, sehingga mudah disesuaikan dalam berbagai keadaan dan konteks. Oleh karena itulah ESS bukan merupakan suatu model ekonomi, namun dapat dipahami sebagai suatu pendekatan ekonomi yang menentang tuntutan ekonomi global terkini beserta nilai nilai intinya, dimana nilai tersebut menjadi kerangka sistem kompetisi ekonomi neoliberal yang dominan.

Paradigma ESS mengutamakan  kesejahteraan manusia, tanpa mengenal ras, agama, gender, orientasi seksual, umur, negara maupun kelas, serta mementingkan bumi kita untuk keberlangsungan manusia. Melalui suatu penekanan pada suatu hubungan yang tidak merusak antara populasi manusia dan alam, ESS memberikan pilihan yang berkelanjutan dan memberlakukan hal ini dalam semua aspek dari usaha ekonomi.

Pergeseran persepsi ekonomi terhadap manusia dan bumi ini merupakan konsep  solidaritas yang sangat penting dan berlawanan dengan konsep kompetisi. Solidaritas mengedepankan dan membangun nilai kerjasama, mutualisme dan kepercayaan. Pada intinya, dari pada menempatkan para individu dalam mentalitas kompetitif “tiap orang berjuang untuk dirinya sendiri”, masyarakat dipersatukan untuk mewujudkan tujuan bersama dan bagaimana keahlian serta sumber daya individual mereka dapat berdaya guna bagi masyarakat umum. Pengaturan sistem ekonomi berdasarkan prinsip kompetisi membuat hanya seseorang, atau sekolompok orang  yang terpilih sebagai pemenang. Sementara prinsip utama ESS, mendorong dan menguatkan tingkat solidaritas didalam proses ekonomi akan menghasilkan manfaat yang dapat berdaya guna bagi perkembangan masyarakat luas.

Dalam organisasi ekonomi, pendekatan ini memanfaatkan kemampuan masyarakat untuk secara kolektif dan kreatif mengembangkan solusi-solusi terhadap permasalahan ekonomi  yang mungkin atau tidak berlaku dalam konteks mereka.  Dengan demikian, kepemilikan bersama adalah gagasan inti dalam ESS, sebagai kekuatan ekonomi yang dilakukan bersama-sama dan tidak sendiri serta jauh terpisah dari kekuasaan. Metode konsep ini juga memastikan keuntungan badan usaha bersama terjaga dan terlindungi untuk generasi mendatang dalam komunitas atau masyarakat. Kepemilikan bersama sangat bergantung  pada kepercayaan dan  solidaritas dimana para individu bukan hanya berbagi akses dan control terhadap sumber daya, namun juga tanggung jawab untuk menjaga dan membangun usaha ekonomi bersama tersebut.

Kepemilikan bersama mengutamakan kemandirian manajemen bagi para pemangku kepentingan yang berkewajiban sebagai pengambil keputusan dan berdampak pada kesejahteraan pribadi dan komunitas.  Dalam usaha menentang dinamika kekuatan neo-liberal, kepemilikan bersama juga menggalakkan prinsip demokrasi partisipasi, sebagai tanggungjawab bersama dalam pengambilan keputusan. Penguatan pilar pilar proses demokrasi adalah hal dianggap paling menguntungkan dari ESS dalam keberlanjutan pembanguan seluruh masyarakat

Contoh praktis ESS dapat ditemukan secara global, individual, komunitas dan jaringan yang menjadi metode yang inovatif dan menguntungkan dalam kegiatan penyelenggaraan proses ekonomi. Karena ESS adalah pola pikir dan pendekatan terbuka dalam ekonomi dan prakteknya, maka paradigma ini dapat diterapkan pada usaha ekonomi apapun. Pergerakan perdagangan yang baik adalah salah satu contoh umum alternatif dari model ekonomi dimana ruang kekuasaan dan sumber daya perlu distrukturisasi sehingga tidak lagi dikuasai oleh para elit. Lebih jauh lagi inisiatif ditingkat lokal contohnya pada taman kota dan pusat sumber daya adalah mekanisme dari perubahan yang menantang struktur dari model ekonomi dominan terkini. Banyak dari tindakan ini dapat dipahami dari sudut pandang ESS dimana mereka lebih memprioritaskan kesejahteraan pekerja dari pada profit, dan dibangun atas dasar solidaritas.

Meskipun contoh-contoh ini berbeda satu sama lain, namun mereka berbagi hal yang sama dimana mereka memberdayakan masyarakat melalui pemberian akses dan kontrol terhadap sumberdaya yang dengan demikian meningkatkan kekuatan econominya. Dengan memberdayakan komunitas dibandingkan individu, keuntungan bersama terjaga. Pendekatan Solidaritas Sosial dalam ekonomi pada intinya adalah berkaitan dengan pembangunan dan penguatan proses-proses ekonomi alternative, baik yang baru maupun yang telah ada tanpa mengorbankan nilai etika yang telah ditinggalkan oleh model ekonomi neo-liberal yang dominan. Kemudian, pada level individu dan masyarakat, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi pilihan pilihan ini dan untuk membangun jaringan secara nasional, regional dan internasional sehingga pergerakan tersebut menggunakan pendekatan yang lebih adil dan layak dalam ilmu ekonomi serta menjunjung persamaan dari solidaritas di seluruh dunia.

II Contoh Inisiatif Ekonomi Solidaritas Ekonomi di Asia

Pengalaman Pekerja Berbasis Rumahan di Thailand dan Kamboja
http://www.homenetseasia.org/

Di Thailand, pekerja berbasis rumahan telah hadir sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, dimana usaha berbasis masyarakat telah banyak didirikan di beberapa daerah, misalnya di Khon Kaen yang dapat dijadikan suatu gambaran contoh. Salah satu usaha dapat dilihat dari kumpulan beberapa penenun sutera yang memproduksi benang sutera, membuat pewarna organik dan mengembangkan berbagai produk sutra dengan kualitas tinggi (mendapatkan bantuan teknis dari para akademis dan beberapa NGO). Produk mereka mampu mendapatkan harga yang wajar ditoko atau outlet pemasaran  lainnya, termasuk dalam pasar ekspor. Mereka mendanai perusahaan mereka sendiri, sehingga mereka dapat mengontrol seluruh rantai pasokan (dimulai dari input, proses, hingga pemasaran). Kemudian mereka juga memastikan pelestarian alam, yang merupakan hal yang sangat penting dalam keberlanjutan prakarsa solidaritas ekonomi. Dan juga, dikarenakan mereka adalah anggota Homenet Thailand, dimana pekerjaan mereka memfokuskan pada perlindungan sosial, maka mereka mendapatkan jaminan sosial, meningkatkan tingkat keamanan pekerjaan dan kesehatan serta menikmati perawatan kesehatan yang menyeluruh – yang mana merupakan kemenangan atas usaha usaha lobi dari para pekerja informal ini. Mereka juga akan dilindungi oleh Undang-Undang  baru Pekerja berbasis rumahan yang menjanjikan kepastian hak kerja ketika nantinya Undang-Undang ini diterapkan. 

Di Kamboja, kebanyakan pekerja hidup dalam kemiskinan, kelompok yang dianggap paling rentan (perempuan sebagai pencari nafkah keluarga, tinggal di daerah pendesaan dan perkotaan yang miskin, individu yang selamat dari AIDS dan  perdagangan/penyelundupan manusia) dapat dibantu dan diberdayakan secara ekonomi dengan memberikan akses pemasaran dan disaat yang sama mempromosikan fair trade.  Penekanan untuk mendukung fair trade berkaitan dengan hal hal seperti upah yang sesuai, persamaan gender, keselamatan kerja dan kesehatan serta perlindungan lingkungan yang cocok yang mempromosikan solidaritas ekonomi. Hal ini mendorong pekerja berbasis rumahan mampu mencapai kualitas tinggi dan standar nilai melalui pemasaran sosial yang akhirnya mendapatkan harga yang bagus dari pembeli yang bersimpati dan bijak.

Penting untuk dicatat bahwa advokasi dan praktek fair trade telah mampu membuat pergerakan kedepan di Kamboja.  Merupakan suatu pengetahuan umum bahwa jika disuatu negara pemilihan umum didominasi oleh satu partai, maka tindakan masyarakat sipil sangat terikat dengan izin dan dukungan pemerintah. Di Kamboja, pemerintah meningkatkan lahan kerja dan pendapatan ekspor yang bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Terdapat beberapa perkumpulan sesama fair trade seperti the Artisans Association of Cambodia, atau AAC (titik fokusnya adalah mengelola Homenet Cambodia), yang sebenarnya sedang terus melakukan tujuan yang ingin dicapai oleh kementerian Perdagangan Kamboja. Salah satu perkumpulan tersebut hadir pada Workshop Subregional Fair Trade kementerian kesekretariatan Negara yang baru baru ini dilaksanakan di Siem Reap, diwakili oleh AAC and Homenet Southeast Asia. Dapat diasumsikan bahwa kemunculan  mereka di pertemuan resmi nasional tingkat tinggi ini menandakan pandangan positif pemerintah dalam pelaksanaan dan pemberi bantuan pemasaran bagi kelompok produsen.

Self-employed Women’s Association (India)
http://www.sewa.org/about_us.asp

SEWA adalah serikat buruh yang terdaftar pada tahun 1972. Organisasi ini merupakan perkumpulan bagi para pekerja perempuan yang tidak mampu dan berwiraswasta. Para pekerja perempuan ini mendapatkan penghasilan dari usaha kecil mereka. Mereka tidak mendapatkan gaji bulanan secara teratur dengan keuntungan kesejahteraan seperti para pekerja disektor tersebut. Mereka adalah para pekerja yang tidak terlindungi di negara ini. 93% dari mereka adalah pekerja serabutan. Dari total para pekerja perempuan, lebih dari 94% bekerja secara tidak tetap. Bahkan pada kenyataannya para pekerja masih tak dianggap, dipandang rendah dan seperti tak terlihat. 

SEWA membantu para pekerja mencapai tujuan sebagai pekerja tetap dan mandiri melalui strategi berusaha dan berkembang. Perjuangan bagi serikat buruh ini adalah ketika mereka berusaha melawan berbagai hambatan dan keterbatasan yang datang dari masyarakat dan ekonomi, sementara kegiatan pengembangan memperkuat bargaining power para perempuan dan menawarkan pilihan baru untuk mereka. Secara praktis, strategi ini dilakukan melalui tindakan bersama dan kerjasama. Pemikiran Gandhi merupakan panduan tindakan anggota SEWA yang tidak mampu dan mandiri dalam mencapai perubahan sosial. Mereka mengikuti prinsip satya (kebenaran), ahimsa (tanpa kekerasan), sarvadharma (mengumpulkan semua orang  dan agama) and khadi (mengutamakan pekerjaan lokal dan kemandirian)

SEWA adalah suatu organisasi dan juga pergerakan. Gerakan SEWA diperkuat oleh sangam atau penggabungan dari tiga gerakan: gerakan buruh, gerakan kerjasama dan gerakan perempuan. Namun demikian, serikat ini juga merupakan pergerakan dari para pekerja mandiri: memiliki usaha sendiri dan usaha yang dibangun dari rumh dimana perempuan bergerak sebagai pemimpin. Melalui gerakan ini perempuan pekerja menjadi kuat dan diakui. Kontribusi sosial dan ekonomi mereka yang besar mulai dikenal, dan seiring dengan globalisasi, liberalisasi dan perubahan ekonomi lainnya, membuka  peluang baru dan pada saat yang sama menjadi ancaman untuk beberapa lahan pekerjaan tradisional.

Anggota organisasi ini siap menghadapi perubahan, mereka mengetahui pentingnya upaya membangun kekuatan diri mereka untuk menghadapi tantangan. Masih terdapat jutaan perempuan yang masih berada dalam kemiskinan, dan di eksploitasi, meskipun mereka bekerja sangat keras dengan waktu sangat panjang.  Mereka memikul beban perubahan di negara kita dan harus dibawa bawa mereka kedalam mainstream, sehingga peluang baru ini berfaedah untuk meningkatkan hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

Masih banyak hal lainnya yang dapat dilakukan berkaitan dengan hal peningkatan kepemimpinan perempuan, rasa percaya diri, bargaining power baik didalam dan diluar rumah serta keterwakilan dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan. Hal tersebut merupakan masalah, prioritas dan kebutuhan mereka, yang semestinya membimbing dan mengarahkan mereka dalam proses perkembangan di negara kita. Pada akhirnya, SEWA telah mendukung para anggotanya dalam hal pembangunan kapasitas dalam mengembangkan organisasi ekonomi mereka.

 

Work Together Foundation (South Korea)
http://eng.hamkke.org/

Work Together Foundation (WT), sebelumnya adalah the National Movement Committee to Overcome Unemployment, yang didirikan pada tahun 1997 sebagai respon terhadap krisis keuangan ditahun 1997, yang mana sebagai NGO terbesar, menangani masalah penganguran yang timbul karena krisis tersebut. Komite tersebut memberikan dana untuk lebih dari 5,380,000 pengangguran dan keluarganya untuk mencukupi kebutuhan hidup, yang mewakili 10 persen populasi Korea Selatan.

Sekarang, WT mempunyai visi membentuk masyarakat yang berkelanjutan, memecahkan polarisasi sosial dan merupakan usaha terdepan dalam upaya mendukung perusahaan-perusahaan social dan pertumbuhan penciptaan lapangan kerja di Korea.

WT saat ini berupaya mengurangi pengangguran diberbagai daerah pemilihan yang berbeda melalui pusat inkubasi, promosi usaha sosial, peningkatan dan perluasan modal sosial, dan pemberian dukungan bagi peningkatan kapasitas di sector masyarakat dan pembangun jaringan masyarakat untuk kesejahteraan pekerjaan.

Kami sekarang percaya bahwa kewirausahaan sosial adalah sama pentingnya dengan usaha sosial. Oleh karena itu, kami telah menggalakkan Social Entrepreneur Academy sejak tahun 2006, kami merupakan lembaga pertama terkait di Korea, dan kami telah melakukan riset tentang keadaan pengangguran, serta memberi rekomendasi kebijakan untuk mengatasi pengangguran. Kami juga melakukan berbagai proyek yang berbeda, termasuk kampanye, dan pengumpulan dana disaat yang sama. 

PARCIC (Regional organisation)
http://www.parc-jp.org

The Pacific Asia Resource Center, juga dikenal sebagai PARC, didirikan sebagai organisasi non pemerintah pada tahun 1973. Bahkan sebelum terbentuk, PARC telah menghasilkan suatu publikasi dalam bahasa Inggris, AMPO, yang berisikan artikel-artikel riset berkaitan dengan Zona Bebas Perdagangan, perkebunan pisang di Filipina, peternakan udang dan mobilisasi masyarakat di Jepang dan Asia.

Selama bertahun tahun PARC mendedikasikan diri pada beberapa masalah utama dan proyek-proyeknya. Organisasi ini mengadakan kampanye tentang hutang, perdagangan dan masalah lain yang terkait. Proyek yang dilaksanakan dalam jangka panjang antara lain pemberian dukungan darurat kepada masyarakat Timor-Leste yang lari dari pembunuhan massal, penjarahan massal dan kekerasan lainnya yang tidak terpikirkan, diikuti dengan keputusan pisah dari pemerintahan Indonesia pada  bulan September 1999. Proyek penting lain dari PARC adalah komitmen terhadap rakyat Sri Lanka yang menderita konflik etnik berlanjut selama dua dekade, dan bencana Tsunami pada bulan December 2004.

PARC membagi pekerjaannya dalam dua bagian terhitung sejak 1 April 2008: pertama, PARC, akan memfokuskan pada research berbasis advokasi dan pendidikan di Jepang. Kedua, PARCIC (PARC Interpeoples’ Cooperation), akan menfokuskan pada kerjasama antar masyarakat dan perdagangan adil.

Baik PARCIC dan PARC berbagi tujuan yang sama, yaitu mencapai masyarakat global dimana masyarakat dapat hidup dalam persamaan, kedamaian dan perkembangan manusia. Namun, dkarenakan tiap tiap bagian mempunyai misi yang lebih khusus, maka diharapkan mereka mampu bekerja secara lebih efisien dan efektif setelah reorganisasi.

Misi PARCIC adalah  memberikan dukungan langsung kepada masyarakat yang terimbas kekerasan dan bencana alam dan untuk menolong mereka mencapai kemandirian.  Kami mendorong perubahan langsung dan perdagangan berbasis kepercayaan antar sesama masyarakat sebagai suatu petunjuk menuju kemandirian, kedamaian dan perkembangan manusia.

Sejak 2002, kami telah memberikan dukungan kepada produsen kopi di Timor-Leste dan kami mengimpor produk mereka dengan harga yang wajar. Biji kopi yang berkualitas tinggi ini mempunyai merek nama Cafe Timor di Pasar fair trade Jepang.

Projek berkelanjutan yang lainnya adalah kerjasama kami dengan komunitas nelayan Jaffna diwilayah terjadinya perang etnis yang berkobar antara pemerintah Sri Lanka dan LTTE, yang memaksa mereka untuk tetap tinggal di semenanjung dan membuat mereka menderita keterbatasan makanan yang kronis, karena isolasi dari seluruh bagian negara tersebut. Kantor kami di Jaffna melaksanakan projek peternakan ayam yang berjasa menolong masyarakat disana meraih ekonomi berkelanjutan.


PATAMABA (Philipines)
http://wiego.org/wiego/patamaba


Sistem mikrofinansial PATAMABA berkembang dari bawah.  PATAMABA adalah organisasi masyarakat yang dijalan dan dikelola oleh pekerja perempuan yang berbasis rumahan dan pemimpin pekerja informal lainnya. Kehadiran PATAMABA di Region VI (bagian barat Visayas) dimulai pada tahun 1992 dengan satu cabang yang kecil di Sta. Barbara, Iloilo. Keanggotaanya telah menyebar di 41 desa dan 12 kabupaten dan 4 provinsi diwilayah tersebut dengan jaringan yang kuat dengan unit unit pemerintah lokal, berbagai badan pengembangan pemerintah dan internasional, akademisi, pekerja informal, perempuan, dan organisasi masyarakat sipil lainnya. 

Selama bertahun tahun, pemimpin wilayah tersebut telah meningkatkan skema sistem peminjaman dan pengumpulan melalui kunjungan bulanan teratur ke setiap cabang. Setelah belajar dari kesalahan masa lalu, klien peminjam PATAMABA telah menunjukkan disiplin kredit yang patut dicontoh dan mampu menyerap pinjaman lebih tinggi. Program-program dan pelayanan PATAMABA wilayah 6, secara konkrit telah merubah pendekatan yg terintegrasi pada mikrofinansial, yang sekarang meliputi pinjaman, perpindahan tabungan/modal, pelatihan keterampilan, pengelolaan masyarakat, peningkatan kewirausahaan, bantuan pemasaran dan darurat (melalui DAMAYAN — menolong satu dengan yang lain saat krisis).

Kepemimpinan di wilayah Iloilo telah membangun tradisi saling bantu pada musibah kematian. Kampanye keanggotaan DAMAYAN tetap berlanjut diantara sesama kelompok kelompok micro-finance (khususnya di Antique) yang sedang memasuki siklus baru peminjaman melalui integrasi bantuan penguburan. Disamping skema DAMAYAN ini murni membantu masyarakat yang berduka, PATAMABA wilayah 6 juga telah memulai kampanye serius untuk memasukkan anggota dalam skema perlindungan sosial resmi pada  Sistem Jaminan Sosial, Philhealth dan Red Cross.

 

 

 

 

Network Source: